Jumat, 23 Januari 2009

Saran, Tambahan dan Tanggapan

Assalamu'alaikum Wr Wb
Anda sudah membaca tulisan saya diatas?, kalau kiranya ada kritik, saran, tanggapan atau bahkan tambahan untuk tulisan tsb diatas mohon dikirim ke alamat email : hajiakbar.2006@gmail.com dan nanti akan segera kami tanggapi.
Trimakasih
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Selasa, 20 Januari 2009

Catatan Perjalanan Haji

CATATAN PENGALAMAN HAJI 2006



















Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji syukur yang tiada habisnya kami panjatkan pada Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga saya sebagai hamba yang serba lemah ini telah diberi kesempatan melakukan ibadah haji, sebagai pelaksanaan Rukun Islam yang kelima.
Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan pada junjungan, panutan serta kekasih kita Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat dan para penerus perjuangannya. Yang pada yaumul akhir nanti safaat Rasululloh kami harapkan.

Alhamdulillah, perjalanan haji saya tahun 2006 telah tertunaikan dengan baik, segala kemudahan dan kesulitan senantiasa kami anggap sebagai ujian dari Nya pada hamba-hambaNya. Apapun yang kami hadapi dan temui kami terima dengan sabar dan ikhlas, sebagai ujian yang harus kami selesaikan dengan setulus hati.

Catatan perjalanan ini kami buat, semata mata untuk mengenang perjalanan haji tersebut, dan barangkali bisa di terima sebagai usulan dari para panitia penyelenggara haji, baik yang ada di tanah air maupun di tanah suci. Tanpa tendensi untuk membuat penilaian kinerja para panitia penyelenggara haji. Kalaupun ada penilaian yang akan kami nyatakan dalam bentuk score pernyataan Nilai : 5-Sangat Baik, 4-Baik, 3-Cukup, 2-Kurang Baik dan 1-Tidak Baik, hal itu adalah semata mata persepsi subyektif saya , yang saya berikan terhadap situasi atau kondisi obyektif pada waktu dan tempat yang saya temui saat itu.

Catatan ini akan kami uraikan secara berurutan sesuai urutan waktu proses ibadah haji, mulai dari pendaftaran sampai jamaah pulang ketanah air kembali.


I. PENDAFTARAN HAJI.


Alhamdulillah, Proses pendaftaran haji yang dimulai dari setoran biaya ibadah haji (dulu populer disebut ONH) di bank yang terhubung dalam sistem komputerisasi haji yang ditunjuk pemerintah relatif sangat mudah dilakukan, demikian juga saat mendaftar di Kantor Departemen Agama Kabupaten, saya dilayani dengan sangat baik. Tanpa ada kesulitan dan birokrasi yang berbelit.
Score untuk tahap I ini adalah : 5 - Sangat Baik


II. CEK KESEHATAN DAN KEIMIGRASIAN


Alhamdulillah, Proses cek kesehatan dan pengurusan dokumen keimigrasian sangat lancar, berkat kerjasama Departemen Agama dan dinas terkait yang sangat solid.
Score untuk tahap II ini adalah : 5 - Sangat Baik


III. MANASIK - BIMBINGAN IBADAH HAJI


Alhamdulillah, Manasik yang diberikan oleh Departemen Agama pada dasarnya berjalan dengan baik, namun karena jumlah peserta relatif sangat banyak dibanding jumlah pembimbing yang tersedia, dan keragaman "tingkat pemahaman agama" peserta yang beragam, serta mayoritas calon jamaah haji sudah berusia lanjut (diatas 50), maka efektifitas penyerapan materi dari peserta manasik dirasa masih belum merata, sehingga dikemudian hari perlu penyempurnaan format bimbingan perlu dilakukan.
Score untuk tahap III ini adalah : 3 - Cukup

Selain bimbingan manasik oleh Depag, kami juga mengikuti bimbingan manasik yang diselenggarakan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji. Kelebihan KBIH dalam melayani calon jemaah adalah:
1. Rasio antara pembimbing : calon haji relatif lebih kecil
2. Lebih Mengakomodir keragaman "tingkat pemahaman agama", usia, latar belakang sosbud
3. Durasi waktu bimbingan lebih lama, sehingga bisa lebih intens.
4. Para pembimbing mendampingi jamaah sampai tanah suci, dll
Sehingga kelebihan dari poin poin diatas, interaksi antara calon jamaah haji dengan para pembimbing terjalin sangat kuat, hubungan emosi dan kekeluargaan sudah terbangun jauh hari sebelum berangkat sampai pada pelaksanaan ibadah haji di tanah suci.
Score untuk tahap III (pada KBIH) adalah : 5 - (Sangat Baik)

Catatan : Kami rasakan bentuk layanan KBIH dan Depag sebenarnya bersifat komplementer ( saling melengkapi), dan bukan bersifat substitusi (saling menggantikan), sehingga keberadaan KBIH sangat perlu diberdayakan lebih jauh untuk meningkatkan pelayanan pada Jemaah Haji,
bukan justru dipinggirkan.


IV. EMBARKASI HAJI


Pada saat tiba waktu keberangkatan haji, pelayanan panitia penyelenggaraan haji di embarkasi sangat baik. kebijakan waktu transit 24 jam sebelum keberangkatan dirasa sudah sangat baik/tepat, karena sebelum berangkat calon jamaah haji biasanya disibukkan oleh berbagai aktifitas, seperti acara pamitan haji, menyelesaikan tugas-tugas kantor dan lain-lain. Sehingga ada waktu istirahat 24 jam sebelum menempuh perjalanan jauh.
Proses pemeriksaan imigrasi mohon disesuaikan dengan kondisi calon jemaah yang mayoritas adalah usia lanjut dan tingkat pendidikan belum memadai (rendah), sehingga perlu menghindarkan proses yang berbelit dan antrian yang panjang.
Score untuk pelayanan ini adalah: 5 - Sangat Baik


V. PENERBANGAN KETANAH SUCI

















(Foto-1: Pesawat yang mengangkut kami)


Biaya penerbangan konon merupakan komponen biaya terbesar dalam BPIH (biaya pelaksanaan ibadah haji), meskipun hanya dinikmati lebih kurang 10 jam sekali jalan. Servis pilot dan awak pesawat selama perjalanan cukup baik. Namun yang perlu menjadi catatan adalah setting tempat duduk yg sepertinya dipaksakan untuk berjejal. Jarak antar seat dengan depan/belakangnya terlalu pendek (bahkan kami rasakan lbh pendek dari seat pesawat klas ekonomi dlm penerbangan reguler dalam maskapai yang sama). Akibatnya saya merasa kurang leluasa bergerak selama perjalanan. Untuk waktu tempuh lebih kurang 10 jam, kondisi ini tentu sangat tidak nyaman

Score untuk Tahap ini adalah: 3-Cukup



VI. TIBA DI JEDDAH

Tiba di Jeddah, dalam kondisi tubuh lelah dan pegal-pegal karena kurang nyaman duduk dipesawat, seyogyanya ada petugas haji indonesia di Jeddah yang mendampingi selama proses pemeriksaan Imigrasi, sehingga jamaah merasa aman dan terayomi setibanya di Jeddah. Pada saat pemeriksaan kami datang pada saat itu, tidak nampak petugas haji Indonesia menyambut kami, jadi selama antri pemeriksaan imigrasi, kami merasa kurang nyaman dengan adanya beberapa "petugas" entah bagian apa yang masih muda-muda, yang sambil senyum senyum mendatangi jemaah untuk sekedar say hello dan minta permen.
Kami baru ketemu petugas Indonesia setelah proses imigrasi selesai, dan mereka membagikan makan malam pada kami, serta mengatur pemberangkatan ke makkah, karena kami termasuk jamaah hajigelombang II,jadi setiba diJeddah langsung ke Makkah. Dan Baru ziarah ke Madinah menjelang kepulangan ketanah air.

Score untuk tahap VI ini adalah : 3 (Cukup)


VII. PEMONDOKAN DI MAKKAH























(Foto-2: Hotel kami di Makkah)


Perjalanan dari Jeddah ke Makkah kami lakukan malam hari, sekitar pukul 8 malam. Karena lelah dan hanya melewati gurun yang tidak bisa kami lihat dengan baik karena terhalang gelapnya malam, maka kami banyak yang tertidur.
Sesampainya di Makkah, kami mendapat anugrah yang sangat besar, karena pemondokan kami diwilayan Syib Amir merupakan calon Hotel Bintang 4 yang baru selesai dibangun, namun fasilitasnya belum lengkap. Namun kami sangat bersyukur karena hanya berjarak sekitar 800 M dari Masjidil Haram, Cukup Air, Lift Memadai. Meskipun kami rasakan petugas hotelnya sangat kurang, Hanya ada Resepsionis, segelintir orang yang bertugas sebagai room boy maupun cleaning servis, Sangat jauh berbeda dengan hotel bintang 4 di tanah air.
Kami sangat menghargai panitia penyelenggara haji Indonesia yang mampu menyediakan akomodasi yang sangat memadai dan jarak tempuh ke masjidil Harrom yang sangat Dekat.
















(Foto 3: Menara Masjidil Haram nampak dari lt-17, hotel kami)


Kami berharap untuk selanjutnya panitia penyelenggara mempertahankan reputasi ini. Meskipun kenyataannya masih banyak jamaah yang kurang beruntung mendapat pemondokan yang jauh.

Pemondokan yang dekat dan memadai ternyata bukan "mitos" yang sulit direalisasikan, tetapi sangat mungkin direalisasikan apabila dilakukan dengan ketulusan dan kesungguhan hati.

Score untuk layanan tahap VII ini adalah: 5 (Sangat Baik)




VIII. UMROH

















(foto 4: Suasana Tawaf di Masjidil disekitar Ka'bah).

Umroh kami lakukan selepas waktu Dhuha, sehingga para jamaah haji yang habis thowaf selepas sholat dhuhur diharap sudah pada pulang, dengan harapan situasi di sekitar Ka'bah sudah "agak lenggang". Kami berjalan menuju Masjidil Haram dengan penuh semangat, sesampainya didepan Masjidil Haram kami berisirahat sejenak,merapikan barisan, mengecek kondisi kelompok. Dalam kesempatan itu kami tidak tahan untuk segera minum air Zam Zam yang tersedia melimpah didepan Masjid, Segar seluruh jiwa kami setelah meneguk air Zam Zam tersebut yang serasa dingin & segar (rupanya dikasih es).

Setelah memasuki Masjidil Haram hati kami terasa hanyut dalam samudra kenikmatan, rasa haru dan syukur kami telah sampai pada tempat yang senantiasa disucikan Alloh, didepan Ka'bah yang menjadi kiblat dan lambang pemersatu semua umat muslim seluruh dunia, Ditempat yang sangat dimuliakan Alloh, sehingga ibadah didalamnya dilipatkan pahalanya sampai 100.000x. Allohuma antassalam wamingkassalam wahayyina Robbana bissalam.

Setelah puas menatapKa'bah dan menata hati yang terharubiru, kami mulai melangkah menuju tempat pemulaan thawaf dilantai I dekat Ka'bah. Thowaf kami mulai dengan tertib, putaran demi putran, setelah putaran ke 7 selesai kami lanjutkan dengan sholat sunah dan berdoa dibelakang Makom Ibrahim, sebelum melakukan Sa'i kami meminum Air Zam Zam dimasjidil Haram. Selanjutnya kami lakukan Sa'i antara bukir sofa dan marwa sebanyak 7 kali pula, berakhir dibukit Marwa, setelah berdoa, lalu kami tahalul sebagai tanda berakhirnya masa ikhram, sehingga pakaian ikhram sudah bisa dilepas dan berganti dengan pakaian biasa. Lega rasanya kami telah melaksanakan Umrah. Dengan cukur gundul yang seumur umur baru saya lakukan lagi sejak bayi sampai umur 40 tahun ini.
Untuk ibadah umroh ini, tidak semua jamaah yang tergabung dalam KBIH kami bisa melaksanakan ibadah bersama-sama. Yang berangkat selepas dhuha tadi adalah jamaah yang sehat dan mandiri, sedangkan untuk jamaah yang kurang sehat, lansia dan perlu pendampingan khusus dilakukan malam harinya, sekitar pukul 10 malam, dengan pertimbangan para jamaah sudah cukup istirahat, suasana disekitar Ka'bah juga relatif lenggang.
Para pembimbing dibantu jamaah lain yang masih muda,sehat dan "handal" mendampingi para calon jamaah haji yang belum sempat umroh pada pagi harinya, dengan konsep one by one, artinya satu jamaah oleh satu pembimbing. Yang tidak sehat dan tidak mampu berjalan diodorong dengan kursi roda dilantai 2. Sedangkan bagi ibu ibu yang belum bisa umroh karena sedang kedatangan tamu bulanan (haid) akan dibimbing melakukan umroh pada saat selesai dan suci dari haid. Peran Pembimbing haji dari KBIH sangat menonjol pada kegiatan ini.

Score untuk tahap VIII ini adalah :

Petugas Haji : 3 (cukup)
Petugas Kesehatan : 4 (baik)
Pembimbing KBIH : 5 (baik Sekali)




IX. WUKUF

Selama menunggu waktu wukuf tiba, kami memperbanyak tawaf sunah dan ibadah yang lain. Hari hari akhir menjelang masuk bulan Dzulhijah, dari koran lokal kami dapat kabar gembira, akan adanya kemungkinan terjadinya haji akbar, yakni wukuf di arofah pas hari jum'at. Dan itu tidak pernah terduga/terbayangkan sejak dari waktu masih di tanah air sampai menjelang bulan Dhulhijah. Dan benar setelah mendekati hari wukuf tiba kami mendapat kabar gembira, dari media lokal dan beberapa hari berikutnya diumumkan secara resmi oleh pembimbing kami, bahwa wukuf terjadi pada hari Jum'at, yang berarti benar benar HAJI AKBAR yang sangat didamba oleh setiap muslim yang sedang menunaikan ibadah haji.
ALHAMDULILLAH HIRABIL 'ALAMIN.


Tapi konsekuensinya pasti penduduk di arabsaudi dan sekitarnya akan berbondong bondong melakukan haji (lagi). Jadi Arafah,Musdalifah, Mina (jamarot) akan jauh lebih padat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Rabu Malam, kami dikumpulkan oleh pembimbing KBIH dalam pengajian untuk memperdalam atau mempersiapkan prosesi wukuf di Arafah mabid di Musdalifah dan lempar Jumrah di Mina.
Disitu pula kami dianjurkan untuk mulai bersiap sejak kamis pagi. Karena di Armina (Arafah,Musdzalifah dan Mina) kebutuhan makan sudah disediakan oleh petugas haji, maka Kami diseyogyakan untuk membawa bekal secukupnya saja, barang-barang berharga dititipkan pada petugas hotel. Termasuk uang. Konon di Armina makanan akan berlimpah dan tidak ada (banyak) orang jualan terutama di Arofah dan Mina, maka kami dianjurkan cukup bawa uang sekedar untuk biaya cukur/tahalul.

















(Foto 5: Tenda kami di Arafah)

Kamis 8 Dzulhijah pagi kamimulai bersiap,setelah sarapan pagi sekitar pukul 10 kami mulai siap berangkat ke Arofah. Kami menunggu jemputan bus yang akan mengantar ke Arafah diloby hotel lamaaaa sekali, tapi kami maklum bus jemputan bisa terlambat karena jalanan dari dan menuju arafah tentu padat sekali, karena pada saat itu semua jamaah haji bergerak dari Makkah ke Arafah, sebagian kecil ada yang ke mina dulu untuk mabit semalam.


















(foto 6: Jamaah pria mendengarkan kutbah wukuf )

Sekitar jam 2 siang kami berangkat, meski jarak Makah sampai Arafah tidak begitu jauh, namun karena jalanan padat merayap ditambah supir dan pemandu jalan yang kurang memahami medan, maka kami lama sekali berputar putar di Arafah. Sekitar jam 4 Sore, kami baru sampai tenda. Dhuhur dan ashar kami lakukan dengan jama' Ta'khir.


Kami berharap setelah sampai tenda sudah tersedia makan siang (walau jam sudah menunjukkan jam 4 lebih), namun ternyata belum tersedia. Kami mencoba memaklumi, dan kami tahan sambil menunggu makan malam. Setelah lewat jam 8 malam belum ada tanda-tanda akan dapat makan, kami mulai gelisah. Kami terus mendesak petugas kloter untuk berkoordinasi dengan panitia haji Indonesia setempat untuk menayakan jatah konsumsi makan siang dan malam, kami khawatir kalau kloter kami terlewatkan jatah makannya. Ternyata petugas kloter kesulitan menghubungi telepon para petugas setempat, dan menjelang tengah malam kami mulai mendengar rumor bahwa mayoritas jamaah haji Indonesia terlantar tidak dapat jatah makan. Herannya rumor / info justru datang dari tanah air , dari telepon para keluarga yang mendapat informasi dari berita TV di tanah air. Para keluarga kami mulai banyak yang telepon menayakan kondisi kami, karena sejak siang belum mendapat jatah makan. Justru kami disini tidak mendapat penjelasan secara resmi tentang kondisi yang sebenarnya.

Malam berlalu tanpa ada suplai makanan.Untung sebagian jamaah ada yang membawa snack dari makkah, itupun tidak sengaja untuk bekal, hanya karena khawatir kalau ditinggal selama 5 hari makanan akan basi, sehingga dibawa ke Arafah. Lebih repot lagi ketika malam itu kami mencoba berkeliling Arafah, ternyata tidak ada satupun orang yang berjualan makanan, ya.... karena ditengah gurun yang hanya dipakai 1 hari selama setahun, maka wajar saja kalau tidak ada penjual makanan.


















(foto 7: Jamaan wanita mengikutiprosesi wukuf)


Pagi hari kami menyiapkan diri untuk wukuf, rasa lapar kami terkalahkan oleh semangat kami untuk menunggu saat wukuf tiba. Sekitar jam 10 pagi kami mendapat shodaqoh dari dermawan berupa 1 box makanan ringan berupa beberapa potong kecil roti dan 1 botol air mineral sekitar 500 ml. Rezeki ini sangat kami sukuri, mengingat kami belum tahu kapan akan dapat makanan lagi, maka kami cukupkan hanya makan 1 potong roti kecil dan minum air mineral. Yang lain buat nanti dan saya letakkan diatas tas.

Tidak terasa waktu dhuhur datang, sebagai pertanda saat wukuf segera tiba. Inilah waktu yang kami tunggu-tunggu, wukuf dihari jum'at. Rasa letih dan lapar hilang sudah, kami semua khusuk mengikuti prosesi wukuf sampai selesai. Selesai wukuf sampai waktu Maghrib kami lalui dengan banyak berdoa, baik berdoa untuk diri sendiri, keuarga, sanak saudara, temen dan kolega dan doa-doa "titipan" dari tanah air, serta untuk kemaslahatan umat muslim seluruh dunia.

















(foto 8: Hujan tangis dan Saling memaafkan sehabis wukuf )

Habis Sholat Maghrib dan Isya' yang kami lakukan secara jama' Ta'dhim. Setelah itu saya bermaksud makan snack sisa tadi siang, eeee.... rupanya ada mbah-mbah anggota jamaah kami yang telah lebih dulu menyantap snack saya, saya sangat terharu melihat kenyataan ini. Mbah tersebut masih beruntung bisa makan lagi, sedang dikelompok kami masih banyak jamaah lansia yang terpaksa menahan letih dan lapar disituasi dinginnya udara padang Arafah dimusim dingin dalam balutan kain ikhram.

Ada informasi bahwa sebenarnya ada jatah makan berupa pop mie, tapi mobilpengantar tertahan di pintu gerbang Arafah dan tidakmungkin bisa masuk. Petugas kloter bisa mengambil ke depan gerbang sambil jalan kaki dari tenda. Namun karena Jarak tenda kami jauh dan kami tidak mungkin semua bisa menikmati pop mie karena tidak tersedia air panasnya, serta resiko ketinggalan bus yang akan mengantar kami ke musdhalifah maka kami putuskan untuk tidak mengambil "jatah makan" tersebut.
Jam 7 malam kami diintruksikan untuk siap siap pindah ke musdhalifah untuk mabit disana. Jam 9 malam bus yang menjemput kami datang, dengan tertatih tatih menahan dingin dan lapar kami menenteng tas bawaan kami yang terasa makin berat, untuk berdesak-desakan di bus yang akan mengantar kami menuju musdhalifah.


Score untuk tahap IX ini adalah:
Petugas KBIH : (5) Sangat Baik
Petugas Kesehatan : (4) Baik
Petugas Kloter : (3) Cukup
Petugas Haji DiTanah Suci : (1) Sangat Tidak Baik



X. MABIT Di MUSDALIFAH

Bus yang membawa kami Musdhalifah sempat berputar putar mencari lokasi mabit kami, setelah ketemu kami diturunkan sekitar pukul 10.30 malam. Angin gurun yang sangat dingin menerpa kami begitu turun dari bus.
Setelah itu kami mabit dan mencari kerikil untuk persiapan lempar jumrah keesokan harinya.

















(foto 9: Suasana mabit di Musdhalifah )

Kami sudah tidak mengharap lagi ada makan malam di Musdhalifah, mengingat waktu kita berada disana sangat pendek. Malam terasa makin dingin di Musdhalifah, dinginnya sampai terasa dimenggigit tulang, karena jamaah pria hanya pakai kain ikram, sedang bagi jamaah wanita reatif lebih hangat karena berpakaian lengkap bahkan bisa pakai jaket tebal.
Selepas tengah malam sekitar jam 01.30 kami mulai dipindahkan ke Mina dengan bus yang sama. Kami kembali berdesak-desakan didalam bus yang merayap ditengah kemacetan jalan menuju Mina.

Score untuk tahap X ini adalah:

Petugas KBIH : (5) Sangat Baik
Petugas Kesehatan : (4) Baik
Petugas Kloter : (3) Cukup
Petugas Haji DiTanah Suci : (1) Sangat Tidak Baik



XI. LEMPAR JUMRAH DI MINA

Menjelang subuh kami sampai di tenda kami dimina. Tempat ini akan kami tempati selama 4 hari, yaitu hari sabtu, Ahad, Senin dan Selasa bertepatan dengan tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dhulhijah. Letak tenda kami dekat dengan jalan raya, kami berdesak-desakan menempati tenda yang telah disediakan.

















(foto-10: Hamparan tenda di Mina-1)


Letak tenda kami dekat dengan jalan raya, kami berdesak-desakan menempati tenda yang telah disediakan. Fasilitas MCK dengan air hangat kami rasa cukup memadai, meskipun pada saat "PeakSeason" menjelang subuh dan menjelang maghrib kami harus berdiri antri untuk menggunakan fasilitas MCK.

















(foto-11: Hamparan tenda di Mina-2)


Setelah habis subuh dan terang tanah, saya mencoba melihat sekeliling tenda. Alangkah terkejutnya saya, ternyata 2 tenda dibelakang saya terdapat jalan raya yang ada board Besar sebagai tanda akhir dari wilayah mina. Dibelakang tanda batas tersebut masih ada beberapa deret tenda sampai akhir tenda ada Board besar lagi yang merupakan tanda batas awal wilayah Musdhalifah.

















(foto-12: Menerobos terowongan menuju jamarat)

Artinya 2 blok dibelakang saya sudah merupakan wilayah mina jadid, yakni wilayah transisi perbatasan antara MUsdhalifah dan Mina.
Jadi letak tenda saya di mina paling ujung, berbatasan wilayah musdhalifah. Alias "paling Jauh" jarak antara tenda dengan jamarat, tempat melempar jumrah, lebih kurang 7 - 8 km jaraknya.

















(foto-13: Jamaah haji anak-anak, dipunji abahnya, menerobos trowongan)

Selama di Mina kondis jamaah banyak yang mulai lemah, karena tiap hari harus menempuh jarak antara 14-16 km untuk berangkat dan pulang lempar jumrah yang pasti sangat memerlukan persiapan fisik yang prima, namun tidak bisa kami siapkan dengan baik karena catering jamaah haji kacau balau.

















(foto-14: Terowongan dari jamarat menuju Slaughter house/tempat pemotongan hewan qurban)


Untung didaerah mina meskipun jarang, sudah ada beberapa tempat yang berjualan makanan. Kami arus rela antri untukbeli makanan yang harganya mahal dan kondisinya tidak terlalu baik/hiegenis.

















(foto 15: Sebuah trailer mengangkut hewan qurban, masuk ke slaughter house)


Selama 4 hari di mina, kami hanya mendapat 1 kali jatah makan yang dari dusnya kami kiradari "Ana Corporation"(kalau tidak salah), yang merupakan perusahaan catering yang ditunjuk pemerintah Indonesia untukmelayani seluruh jamaah haji.

















(foto-16: Salah satu Slaughter House yang ada di dekat mina)



Namun diantara beberapa paket sudah ada yang kedalu warsa. Sehingga banyak para jamaah haji terutama yang lansia justru menjadi memburuk kesehatannya karena menyantap makanan yang basi. Ada beberapa jamaah yang mulas mulas lalu muntah dan diare. Setelah itu kami tidakpernah lagi mendapat jatah makan dari perusahaan yang ditunjuk. Artinya selama 5 hari di armina kami tidak diberi jatah makan yang memadai. Padahal armina adalah puncak ibadah haji yang sangat membutuhkan fisik yang prima.

















(foto-17: Snackbox yang kami terima dari shodaqohnya para dermawan, kartu debet/kredit yang sangat "sakti" ditanah air, di armina nyaris tidak ada artinya)


Ironis sekali kalau ingat hal itu. Tega nian penyelenggara haji yang ditunjuk pemerintah Indonesai telah menelantarkan 200.000 lebih jamaah haji Indonesia dinegri Orang.
LIMA HARI TIDAK DIKASIH MAKAN, DILOKASI YANG SULIT BAHKAN HAMPIR TIDAK ADA ORANG JUAL MAKANAN.

Terlalu berat cobaan kami saat itu, tentu tidak bisa ditebus dengan apapun, apalagi sekedar pengembalian biaya makan dikemudian hari.

















(foto 18: Pusat perlindungan Jamaah Haji yang hilang/tersesat ) yang beroperasi di Mina.

Score untuk tahap XI ini adalah:
Petugas KBIH : (5) Sangat Baik
Petugas Kesehatan : (4) Baik
Petugas Kloter : (3) Cukup
Petugas Haji DiTanah Suci : (1) Sangat Sangat Sangat Tidak Baik.




XII. ARBAIN DI MADINAH

Sesampainya di Makah setelah rangkaian ibadah di armina selesai kami mencoba mengembalikan kondisi fisik yang sangat lelah, letih, bahkan sakit. Sampai waktunya tiba untuk meninggalkan Makkah, kami towaf wada' dan menuju Madinah untuk ziarah dan sholat Arbain.
Sekitarjam 10 pagi, kami meninggalkan Makkah menuju Madinah, melalui pinggiran kota Jeddah.
Sampai di Madinah sekitar jam 8 malam, sehingga arbain kami dimulai dengan jamaah sholat subuh pada pagi harinya



























(foto:19-Fajar terbit disudut masjid Nabawi)


Di Madinah kami mendapatkan tempat pemondokan yang cukup memadai, jarak sekitar 400 meter dari masjid Nabawi. Kumandang adzan masjid nabawi terdengar jelas dari hotel kami, dan apabila kami berangkat kemasjid setelah adzan pun kami tidak terlambat sholat jamaah, karena dekatnya jarak, dan jeda waktu antara adzan dan iqomah relatif panjang di masjid Nabawi.
Dimadinah Jatah makan 2 kali sehari bisa kami terima dengan teratur dan kualitas baik.



























(foto-20: Kubah hijau diatas makam Rosulullah SAW)


Di Madinah banyak jamaah haji kami yang sakit, terutama karena sudah sakit sejakdari Makkah. Pelayanan kesehatan dokter kloter dan dokter daker cukup baik. Ada 1 Jamaah kami yang terpaksa harus dirujukkerumah sakit Madinah, Karena harus menjalani oprasi kanker kolon dan prostat. Pelayanan rumah sakit dan pemerfintah arab saudi sangat baik, dan menanggung semua biaya oprasi besar tersebut.

















(foto-21: Sudut selatan Masjid Nabawi)


















(Foto-22: Lantai 2 Masjid Nabawi)



















(foto-23: Food Court didekat Masjid Nabawi)


Score untuk tahap XII ini adalah:

Petugas KBIH : (5) Sangat Baik
Petugas Kesehatan : (4) Baik
Petugas Kloter : (3) Cukup
Petugas Haji DiTanah Suci : (5) Sangat Baik.



XIII. CITY TOUR /ZIARAH DISEKITAR MAKAH DAN SEKITAR MADINAH

Untuk mengisi waktu senggang kami mengunjungi (ziarah) beberapa situs bersejarah dalam sejarah perkembangan Islam, baikyang berada disekitar kota Makkah maupun Madinah. Selain itu kami juga sempat citytour kebeberapa obyek wisata, baik waktu di Makkah, madinah, maupun saat di Jeddah.


Foto-foto dibawah ini adalah proses sunset dilaut merah, Jeddah.

















(Foto-24: Masjid Apung, Jeddah)


















(Foto-25: Sunset dilaut Merah)



















(foto-26: Sunset dilaut Merah)


















(Foto-27: Maghrib di Masjid Apung, Jedah.



















(Foto-28: Lukisan awan dipegunungan)


















(Foto-29: Wisata agro kebun kurma)




























( Gambar 30- Hotel kami di Jeddah.)


Score untuk tahap XIII ini adalah:

Petugas KBIH : (5) Sangat Baik

Petugas Kesehatan : (3) Cukup.
Petugas Kloter : (3) Cukup.
Petugas Haji DiTanah Suci : (4) Baik.





PESAN KESAN

Inilah sepenggal kisah perjalanan kami, kisah lengkap dan panjang yang lain akan kami sampaikan dilain kesempatan, seputar kegiatan lain maupun hikmah perjalanan haji saya.
Pemerintah saudi sebagai tuan rumah sangat menghormati dan memuliakan setiap jamaah haji yang datang kesana. Sehingga selalu bersedia untuk memberikan pelayanan yang sebaik baiknya dan selalu dievaluasidan ditingkatkan pada tahun tahun berikutnya.

Akan sangat bagus sekali bila panitia penyelenggara haji Indonesia, baik yang bertugas ditanah air maupun di arab saudi memiliki komitmen yang sama dengan pemerintah arab saudi, berorientasi pada peningkatan kepuasan jamaah, bukan pada kepentingan lain. Sehingga pelayanan akan semakin baik dari waktu kewaktu.


Jumlah jamaah haji Indonesia adalah yang terbanyak setiap tahunnya. Yang tulus ikhlas bersedia membayar BPIH berapapun besarnya jauh jauh hari sebelum musim haji tiba, Hal ini hendaknya menjadi pemicu dan memperkuat bargaining power pemerintah terhadap pemilik hotel di makah dan madinah, penyelenggara angkutan jemaah, perusahaan catering dan pihak lain yang terkait.
Jumlah jamaah haji yang banyak jangan sampai justru dipandang sebaga beban dan dijadikan alasan untuk memberikan layanan ala kadarnya.


Mudah mudahan Alloh memberikan kekuatan dan kemudahan bagi kita semua untuk melakukan upaya peningkatan pelayanan ibadah haji di tahun tahun mendatang. Amin.

Wassalamu'alaikum W.W.